27 Oktober 2014

Merantau ke Luar Jawa = Sukses. Benarkah?

Pernahkah Anda terpikir untuk mencoba tantangan lebih dengan bekerja di luar pulau Jawa? 


Data Badan Pusat Statistik menunjukkan jumlah total penduduk pulau Jawa pada tahun 2010 sebesar 136.610.590 jiwa. Ya, ternyata lebih dari separuh penduduk Indonesia menghuni pulau Jawa. Jumlah tersebut diproyeksikan naik menjadi 167.325.600 jiwa pada tahun 2035. 

Pulau Jawa memang selama ini menjadi magnet tersendiri bagi mereka yang mengadu nasib. Tanah subur, air melimpah, industri berkembang pesat, kota-kota maju, hingga sarana yang lengkap bisa jadi membuat penduduk Jawa enggan bergerak. Benarkah demikian?

Mari kita lihat bagaimana hasil polling di website ECC UGM menunjukkan alasan penolakan penempatan kerja di luar Jawa. Dari 672 responden, sebanyak 43,9% di antaranya menolak penempatan kerja di luar Jawa karena jauh dan minim fasilitas. Sebanyak 27,1% tidak diperbolehkan orang tua, 16,5% karena perbedaan budaya dan adaptasi, 8,3% karena alasan lain-lain, hingga 4,2% beralasan jauh dari teman dekat.

Padahal, banyak anggapan yang menilai, merantau khususnya ke luar Jawa, akan mendatangkan kesuksesan. Bagaimana pendapat dari beberapa lulusan berikut?


Merantau = sukses?


Diah Sri Utari, atau biasa disapa Didi, saat ini tengah giat mencari pekerjaan yang paling sesuai dengan minatnya. Lulusan Jurusan Ilmu Komunikasi UGM ini tak ragu soal penempatan kerja meski tentunya masih mempertimbangkan biaya hidup dan adanya jaminan dari perusahaan. “Aku mau banget ditawari kerja ke luar Jawa. Aku percaya, di mana pun kita berada, akan ada ilmu yang didapat. Akan ada sesuatu yang worth it,” ujar Didi yang punya keinginan merantau ke Bali atau Kalimantan.

Sama halnya dengan Didi, Sidiq Hari Madya, alumni Jurusan Sosiologi UGM, juga bersedia menerima tawaran kerja di mana saja termasuk di luar Jawa. Apalagi, Sidiq yang aktif di lembaga riset fakultas juga kerap melakukan penelitian dan harus siap dengan lokasi penempatan mana pun. Namun, Sidiq masih memiliki sejumlah kekhawatiran.

“Ada kekhawatiran, misal adaptasinya lama dan mempertimbangkan kondisi keluarga juga. Kalau ditempatkan di luar Jawa, tentu intensitas pulang ke rumah akan berkurang,” papar Sidiq. Selain itu, Sidiq pun harus menghadapi tantangan untuk meyakinkan keluarganya bila ia ditempatkan di luar Jawa.


Lebih lanjut, menurut Sidiq, merantau adalah salah satu cara untuk meraih sukses. Banyak manfaat yang bisa didapatkan dari merantau, salah satunya adalah memperkaya pola pikir, tak hanya punya satu sudut pandang. “Seberapa yakin kita akan meraih sukses bisa diukur dengan merantau, dengan bertemu orang-orang yang berbeda. Semakin kita bisa survive, semakin besar peluang untuk sukses,” lanjutnya.

Didi pun berpendapat demikian. Menurutnya, merantau akan membawa banyak pelajaran baginya. “Aku setuju kalau salah satu kunci sukses adalah merantau. Pasti akan ada yang kita dapat dengan merantau. Bisa jadi setelah merantau kita bisa merintis bisnis. Tentu kita akan mendapat lesson dari situ,” ungkap Didi.

Di sisi lain, Rosa Wariswara atau biasa disapa Ocha, memilih untuk tetap tinggal di Yogyakarta, kota tempat tinggalnya. Ocha lebih memilih tinggal di Yogyakarta untuk menemani ibu dan keponakannya, sekaligus mulai berwirausaha. “Aku berpikir, tidak apa-apalah aku di sini saja menemani mereka. Di sini pun, kalau kita giat juga pasti bisa dapat rezeki,”ujar Ocha mantap.

Sebelumnya, Ocha juga pernah mencoba melamar beberapa pekerjaan tetapi belum ada yang sesuai dengan keinginannya. Namun, Ocha yakin kesuksesan bisa datang dari mana saja dan setiap orang memiliki ukuran kesuksesan yang berbeda-beda. “Memang sih, kesempatan kerja lebih banyak kalau mau merantau, pasti dapat kerja. Tapi kalau kita enggak mau ke sana, kita masih punya kesempatan buat sukses juga di sini,” lanjut Ocha.

Siap dan tahan banting

Pengalaman berada dalam kultur yang berbeda akan menjadi pengalaman yang luar biasa, terutama terkait kemampuan survive. “Kalau bisa survive di luar Jawa, berarti sudah teruji. Pasti juga bisa sukses di Jawa, bisa lebih matang karena sudah digodok dengan iklim kerja di luar Jawa,” terang Sri Muliati Abdullah, M.A., Senior Asesor Psikologi ECC UGM.

Pengalaman berada dalam kultur yang berbeda akan menjadi pengalaman yang luar biasa, terutama terkait kemampuan survive

Selain itu, menurut Lia, sapaan akrabnya, seseorang tentu membutuhkan pengalaman dalam bekerja. Dengan merantau ke luar Jawa, keterampilan dan pengetahuan dapat terakselerasi dengan cepat. Karir pun dapat lebih cepat naik.

Meski demikian, tingkat keberhasilan berkarir di luar Jawa sendiri tidak bisa ditentukan. Kesuksesan tidak selalu datang dari luar Jawa. Bila seseorang sudah mantap dengan tempat kerjanya di Jawa, berarti memang itulah yang terbaik untuk orang tersebut. Pengalaman baru pun tidak selamanya harus dialami sendiri. Kita juga bisa belajar dari pengalaman orang lain.

Bagi Anda yang bersiap menerima tawaran kerja di luar Jawa, bersiaplah menghadapi perbedaan budaya dan iklim kerja. Menurut Lia, sejumlah perusahaan di luar Jawa biasanya masih menerapkan senioritas. Dengan demikian, karyawan baru atau junior harus pandai memosisikan diri dan berkarya dengan tetap menghargai rekan kerja yang lebih senior. Kadang, sebagai karyawan yang berasal dari Jawa, Anda mungkin memiliki pengetahuan lebih daripada mereka yang bekerja di luar Jawa. Di sinilah pentingnya belajar menghargai.

Lalu, apa lagi yang harus disiapkan sebelum menerima tawaran kerja di luar Jawa? “Harus siap dengan kultur kerja yang biasanya terbangun dari budaya, mampu menghadapi hambatan adaptasi, tidak mudah putus asa, dan tahan banting,” pungkas Lia.


Mungkin saat ini Anda juga mendapat tawaran bekerja di luar Jawa? Pertimbangkan dengan mantap ya. Keputusan sepenuhnya ada di tangan Anda. Tentu dengan konsekuensi yang telah Anda siapkan. Selamat berjuang! [CN]


Penulis         : Rifki Amelia
Editor           : Vinia Rizqi
Grafis           : Tongki A.W



Tidak ada komentar: