27 Oktober 2014
PERJALANAN SOEKARNO SEBELUM MENJADI PRESIDEN RI
CERITA 1 :
Ditengah derasnya hujan angin, sosok bung Karno yang kala itu masih menjadi bocah angon berlari kecil menelusuri jalan setapak menuju bukit gorong, yang terletak disebelah kanan sungai Penyu Cilacap, Jawa tengah. Beliau membawa satu amanat dari salah satu gurunya KH. Rifai bin Soleh Al Yamani (Hadrotul maut), Banyuwangi, Jawa Timur.
Sebagai seorang pemikir handal yang mempercayai suatu kehidupan alam lain, beliau kerap mengasingkan diri dalam fenomena yang tak layak pada umumnya, yaitu selalu bertirakat dari satu gua kumuh, bebukitan terjal , hutan belantara hingga tempat wingit lainnya.
Kisah ini terjadi pada jum’at legi, bulan maulud 1937H. Berawal dari sebuah mimpi yang dialaminya. Di suatu malam, beliau didatangi seekor naga besar yang ingin ikut serta mendampingi hidupnya. Naga itu mengenalkan dirinya bernama, Sanca Manik Kali Penyu, yang tinggal didalam bukit Gorong, kepunyaan dari Ibu Ratu Nyi Blorong, yang melegendaris.
Dengan kejelasan mimpinya, Bung Karno, langsung menemui KH. Rifai, yang kala itu sangat masyhur namanya. Lalu sang kyai memberinya berupa amalan atau sejenis doa Basmalah, yang konon bisa mewujudkan benda gaib menjadi nyata.
Lewat suatu komtemplasi dan prosesi ritual panjang, akhirnya Bung Karno, ditemui sosok wanita cantik yang tak lain adalah Nyi Blorong sendiri.
"Andika!! Derajatmu wes tibo neng arep, siap nampi mahkota loro, lan iki mung ibu iso ngai bibit kejembaran soko nagara derajat, kang manfaati soko derajatmu ugo wibowo lan rejekimu serto asih penanggihan" terang Nyi Blorong.
Yang arti dari ucapan tadi kurang lebihnya; "Anakku!! Sebentar lagi kamu akan menjadi manusia yang mempunyai dua derajat sekaligus (Pemimpin umat manusia dan bangsa gaib yang disebut sebagai istilah/ Rijalul gaib). Saya hanya bisa memberikan sebuah mustika yang manfaatnya sebagai, ketenangan hatimu, keluhuran derajat, wibawa, kerejekian serta pengasihan yang akan membawamu dipermudah dalam segala tujuan"
Mustika yang dimaksud tak lain berupa paku bumi, jelmaan dari seekor naga sakti, Sanca Manik, yang didalam mulutnya terdapat satu buah batu merah delima bulat berwarna merah putih crystal.(Bisa dilihat dalam gambar atas) symbol dari bendera merah putih/ negara Indonesia.
Sebagai sosok mumpuni sekaligus hobbiis dalam dunia supranatural, (7) bulan, dari kedapatan mustika Sanca Manik, beliau pun bermimpi kembali. Yang mana didalam mimpinya sosok Kanjeng Sunan KaliJaga beserta ibu Ratu Kidul Pajajaran (suami istri) menyuruh Bung Karno, datang ke bukit Tinggi Pelabuhan Ratu, Sukabumi- Jawa Barat.
"Datanglah Nak ketempatku!!! Kusiapkan jodoh dari pemberian Putranda (Nyi Blorong) yang kini telah kau terima, tak pantas melati tanpa kembang kenanga, lelaki tanpa adanya wanita"
Tentunya sebagai seorang yang berpengalaman dalam pengolahan bathiniyah, Bung Karno, adalah salah satu bocah yang sangat paham akan makna sebuah mimpi. Dalam hal ini beliau menyakini bahwa mimpi yang barusan dialaminya adalah bagian dari kebenaran.
Dengan meminta bantuan kepada, Kartolo Harjo, asal dari kota Pekalongan, yang kala itu dianggap orang paling kaya, merekapun hari itu juga langsung menuju lokasi yang dimaksud, dengan membawa sedan cw keluaran tahun 1889.
Kisah perjalanan menuju Pelabuhan Ratu, ini cukup memakan waktu panjang, pasalnya disetiap daerah yang dilaluinya Bung Karno, selalu diberhentikan oleh seseorang yang tidak dikenal.
Mereka berebut memberikan sesuatu pada sosok kharismatik berupa pusaka maupun bentuk mustika. Hal semacam ini sudah sewajarnya dalam dunia keparanormalan sejak zaman dahulu kala, dimana ada sosok yang bakal menjadi cikal seorang pemimpin, maka seluruh bangsa gaibiah akan dengan antusiasnya berebut memamerkan dirinya untuk bisa sedekat mungkin dengannya.
Untuk mengungkapkan lebih lanjut perjalanan Bung Karno menuju Pelabuhan Ratu, yang dimulai pada hari Kamis pon, ba’da subuh, Syawal 1938H, pertama kalinya perjalanan ini dimulai dari kota Klaten Jawa Tengah.
Ditengah hutan Roban, Semarang, beliau diminta turun oleh sosok hitam berambut jambul, yang mengaku bernama, Setopati asal dari bangsa jin, dan memberikan pusaka berupa cundrik kecil, berpamor Madura dengan besi warna hitam legam. Manfaatnya, sebagai wasilah bisa menghilang.
Juga saat melintas kota Brebes dan Cirebon, beliau disuruh turun oleh (empat) orang yang tidak dikenal
1. Bernama kyai Paksa Jagat, dari bangsa Sanghiyang, memberikan sebuah keris berluk- 5,
manfaatnya sebagai wasilah, tidak bisa dikalahkan dalam beragumen.
2. Bernama Nyai sempono, asal dari Selat Malaka, yang ngahyang sewaktu kejadian Majapahit
dikalahkan oleh Demak Bintoro, beliau memberikan sebuah tusuk konde yang dinamai, Paku
Raksa Bumi, manfaatnya, mempengaruhi pikiran manusia.
3. Bernama Kyai Aji, asal dari siluman Seleman, beliau memberikan sebuah pusaka berupa taring
macan, manfaatnya, sebagai kharisma dan kedudukan derajat.
4. Bernama Ki Jaga Rana, memberikan sebuah batu mustika koplak, berwarna merah cabe,
manfaatnya sebagai daya tahan tubuh dari segala cuaca.
Lalu saat melintas hutan Tomo Sumedang, beliaupun dihadang oleh seorang nenek renta yang mengharuskannya turun dari mobil, mulanya Bung Karno, enggan turun, namun saat melaluinya untuk terus melajukan mobil yang dikendarinya, ternyata mobil tersebut tidak bisa jalan sama sekali, disitu beliau diberikan satu buah mustika Yaman Ampal, sebagai wasilah kebal segala senjata tajam.
Juga saat melintas digerbang perbatasan Sukabumi, beliau dihadang oleh segerombolan babi hutan, yang ternyata secara terpisah, salah satu dari binatang tadi meninggalkan satu buah mustika yang memancarkan sinar kemerahan berupa cungkup kecil yang didalamnya terdapat satu buah batu merah delima mungil.
Sesampainya ditempat yang dituju, Bung Karno dan temanya mulai mempersiapkan rambe rompe berupa sesajen sepati, sebagai satu penghormatan kepada seluruh bangsa gaib yang ada ditempat itu, tepatnya malam rabo kliwon, Bung Karno, mulai mengadakan ritual khususiah secara terpisah dengan temannya, semua ini beliau lakukan agar jangan sampai menggangu satu sama lainnya dalam aktifitas menuju suatu penghormatan kepada bangsa gaib yang mengundangnya.
Dua malam beliau melakukan ritual tapa brata, dengan cara sikep kejawen yang biasa dilakukannya saat menghadapi penghormatan kepada bangsa gaib, lepas pukul 24.00, seorang bersorban dan wanita cantik yang tiada tara datang menghampirinya, mereka berdua tak lain adalah Sunan kaliJaga dan Nyimas Nawang wulan Sari Pajajaran, yang sengaja mengundangnya.
"Anakku!!! Dalam menghadapi peranmu yang sebentar lagi dimulai, Ibu hanya bisa memberikan sementara sejodoh mustika yang diambil dari dasar laut Nirsarimayu (dasar laut pantai selatan sebelah timur kaputrennya) ini mustika jadohnya dari yang sudah kamu pegang saat ini,gunakanlah mustika ini sebagai wasilah kerejekian guna membantu orang yang tidak mampu, sebab inti dari kekuataqn yangterkandung didalamnya, bisa memudahkan segala urusan duniawiah sesulit apapun" Lalu setelah berucap demikian, kedua sang tokoh pun langsung menghilang dfari pandangannya.
Kini tinggal Bung karno, sendirian yang langsung menelaah segala ucapan dari Ibu Ratu, barusan.
Di dalam tatacara ilmu supranatural, cara yang dilakukan oleh Bung karno, diam menafakuri setelah kedapatan hadiah dari bangsa gaib tanpa harus meninggalkan tempat komtemplasi terlebih dahulu, adalah suatu tatakrama yang sangat dihormati oleh seluruh bangsa gaib dan itu dinamakan, Sikep undur/ tatkrama perpisahan.
Dari kejadian itu Bung Karno, langsung mengambil sikap diam dalam perjalanan pulang sambil berpuasa hingga sampai rumah/ tempat kembali semula, cara seperti ini disebut sebagai, Ngaulo hamba/ mentaati pelaturan gaib supaya apa yang sudah dimilikinya bisa bermanfaat lahir dan bathin.
CERITA 2:
" KESAKTIAN SOEKARNO SANG PUTRA FAJAR "
Banyak yang menyaksikan kesaktian pak Karno ( Presiden 1 RI ) . Salah satunya pak Taufik yang beberapa hari lalu saya temui di daerah Sulawesi Barat. Sambil guyon (bercanda ) ia bercerita banyak tentang sosok pak Karno. Kata pak Taufiq , waktu dia berumur 6-7 tahunan pernah melihat pak Karno berdiri diatas pesawat terbang. Ia bisa tahu setelah diberitahu Ibunya. Penduduk desa pun pada saat itu menyaksikan. Kata Ibunya, ” La kae lo Pak Karno nang nduwur pesawat, ” . Pak taufiq pun menyaksikan kejadian itu dan tidak akan bisa lupa, katanya.
Selain berdiri diatas pesawat, Pak Karno juga beberapa kali lolos dari upaya pembunuhan, pernah ditembak dimasjid tapi meleset. Sering Pak Karno menjadi target pembunuhan namun selalu tidak berhasil ,tambah Pak Taufik .
Selain Pak Taufik, seorang nenek ( Ismi /70) juga pernah menyaksikan gambar sosok Pak Karno di bulan. Seluruh rakyat Indonesia pada saat itu menyaksikan . Gambar Pak Karno di bulan seperti seorang yang memakai peci songkok sedikit miring ke kanan , persis wajahnya Pak Karno. Bahkan dimuat disurat kabar dan Radio ,katanya. Pak Karno memang sosok yang karismatik, sampai sekarang jasa-jasa dan kebesarannya masih tetap dikenang oleh Rakyat Indonesia. Cerita ini hanya untuk mengisi waktu, tidak bermaksud mengkultuskan Soekarno , apalagi mendewakannya atau menganggapnya seorang Nabi. Semoga dengan cerita ini kita bisa ingat akan jasa-jasa baik Soekarno, kemudian bisa menjaga bangsa Indonesia yang diwariskannya pada kita.
Salam Untuk Hari Ini . Mari kita jaga Indonesia dari Korupsi , Kolusi dan Nepotisme.Mari kita hidupkan kebersamaan dalam kedamaian. Untuk mewujudkan cita- cita Indonesia. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
CERITA 3 :
" ASAL-USUL-TONGKAT-SOEKARNO "
Dalam banyak dokumentasi foto Bung Karno, tidak sedikit yang menampakkan sosok Putra Sang Fajar itu memegang atau mengempit tongkat komando. Dalam hierarki kemiliteran, posisinya sebagai Panglima Tertinggi, tentu saja merupakan hal yang wajar jika ia sering terlihat memegang tokat komando. Sama seperti yang sering kita lihat, ketika Panglima TNI, Panglima Kodam, Kapolri, memegang tongkat komando.
Akan tetapi, tidak begitu dari kacamata spiritual. Kalangan yang percaya hal-hal ghaib. Kalangan yang percaya adanya kekuatan tertentu pada benda-benda keramat. Kalangan yang percaya adanya hal-hal metafisik yang tidak bisa dibahas dengan kalimat lugas, dan tidak bisa dinalar dengan pola pikir normal. Nah, kelompok ini, begitu eksis di Indonesia, sejak dulu sampai sekarang.
Di antara kalangan mereka, percaya betul bahwa tongkat komando Bung Karno bukanlah sembarang tongkat. Tongkat komando Bung Karno adalah tongkat sakti, yang berisi keris pusaka ampuh. Bahkan, kayu yang dibuat sebagai tongkat pun bukan sembarang kayu, melainkan kayu pucang kalak. Pucang adalah jenis kayu, sedangkan Kalak adalah nama tempat di selatan Ponorogo, atau utara Pacitan. Di pegunungan Kalak terdapat tempat persemayaman keramat. Nah, di atas persemayaman itulah tumbuh pohon pucang.
Ada begitu banyak jenis kayu pucang, tetapi dipercaya pucang kalak memiliki ciri khas. Salah satu cara untuk mengetes keaslian kayu pucang kalak, pegang tongkat tadi di atas permukaan air. Jika bayangan di dalam air menyerupai seekor ular yang sedang berenang, maka berarti kayu pucang kalak itu asli. Tetapi jika yang tampak dalam bayangan air adalah bentuk kayu, itu artinya bukan pucang kalak. Pucang biasa, yang banyak tumbuh di seantero negeri.
Begitulah sudut pandang mistis masyarakat spiritual terhadap tongkat komando Bung Karno. Alhasil, tidak sedikit yang menghubungkan dengan besarnya pengaruh Sukarno. Tidak sedikit yang menghubungkan dengan kemampuannya menyirap kawan maupun lawan. Tidak sedikit yang menghubungkan dengan “kesaktian” Sukarno, sehingga lolos dari beberapa kali usaha pembunuhan.
Apa kata Bung Karno? “Ah… itu semua karena lindungan Allah, karena Ia setuju dengan apa-apa yang aku kerjakan selama ini. Namun kalau pada waktu- waktu yang akan datang Tuhan tidak setuju dengan apa-apa yang aku kerjakan, niscaya dalam peristiwa (pembunuhan) itu, aku bisa mampus.” (roso daras)
Merantau ke Luar Jawa = Sukses. Benarkah?
Pernahkah Anda terpikir untuk mencoba tantangan lebih dengan bekerja di luar pulau Jawa?
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan jumlah total penduduk pulau
Jawa pada tahun 2010 sebesar 136.610.590 jiwa. Ya, ternyata lebih dari
separuh penduduk Indonesia menghuni pulau Jawa. Jumlah tersebut
diproyeksikan naik menjadi 167.325.600 jiwa pada tahun 2035.
Pulau Jawa memang selama ini menjadi magnet tersendiri bagi mereka yang
mengadu nasib. Tanah subur, air melimpah, industri berkembang pesat,
kota-kota maju, hingga sarana yang lengkap bisa jadi membuat penduduk
Jawa enggan bergerak. Benarkah demikian?
Mari kita lihat bagaimana hasil polling di website ECC
UGM menunjukkan alasan penolakan penempatan kerja di luar Jawa. Dari
672 responden, sebanyak 43,9% di antaranya menolak penempatan kerja di
luar Jawa karena jauh dan minim fasilitas. Sebanyak 27,1% tidak
diperbolehkan orang tua, 16,5% karena perbedaan budaya dan adaptasi,
8,3% karena alasan lain-lain, hingga 4,2% beralasan jauh dari teman
dekat.
Padahal, banyak anggapan yang menilai, merantau khususnya ke luar Jawa,
akan mendatangkan kesuksesan. Bagaimana pendapat dari beberapa lulusan
berikut?
Merantau = sukses?
Diah Sri Utari, atau biasa disapa Didi, saat ini tengah giat mencari pekerjaan yang paling sesuai dengan minatnya. Lulusan Jurusan Ilmu Komunikasi UGM ini tak ragu soal penempatan kerja meski tentunya masih mempertimbangkan biaya hidup dan adanya jaminan dari perusahaan. “Aku mau banget ditawari kerja ke luar Jawa. Aku percaya, di mana pun kita berada, akan ada ilmu yang didapat. Akan ada sesuatu yang worth it,” ujar Didi yang punya keinginan merantau ke Bali atau Kalimantan.
Sama halnya dengan Didi, Sidiq Hari Madya, alumni Jurusan Sosiologi UGM, juga bersedia menerima tawaran kerja di mana saja termasuk di luar Jawa. Apalagi, Sidiq yang aktif di lembaga riset fakultas juga kerap melakukan penelitian dan harus siap dengan lokasi penempatan mana pun. Namun, Sidiq masih memiliki sejumlah kekhawatiran.
“Ada kekhawatiran, misal adaptasinya lama dan mempertimbangkan kondisi keluarga juga. Kalau ditempatkan di luar Jawa, tentu intensitas pulang ke rumah akan berkurang,” papar Sidiq. Selain itu, Sidiq pun harus menghadapi tantangan untuk meyakinkan keluarganya bila ia ditempatkan di luar Jawa.
Lebih lanjut, menurut Sidiq, merantau adalah salah satu cara untuk meraih sukses. Banyak manfaat yang bisa didapatkan dari merantau, salah satunya adalah memperkaya pola pikir, tak hanya punya satu sudut pandang. “Seberapa yakin kita akan meraih sukses bisa diukur dengan merantau, dengan bertemu orang-orang yang berbeda. Semakin kita bisa survive, semakin besar peluang untuk sukses,” lanjutnya.
Didi pun berpendapat demikian. Menurutnya, merantau akan membawa banyak pelajaran baginya. “Aku setuju kalau salah satu kunci sukses adalah merantau. Pasti akan ada yang kita dapat dengan merantau. Bisa jadi setelah merantau kita bisa merintis bisnis. Tentu kita akan mendapat lesson dari situ,” ungkap Didi.
Di sisi lain, Rosa Wariswara atau biasa disapa Ocha, memilih untuk tetap tinggal di Yogyakarta, kota tempat tinggalnya. Ocha lebih memilih tinggal di Yogyakarta untuk menemani ibu dan keponakannya, sekaligus mulai berwirausaha. “Aku berpikir, tidak apa-apalah aku di sini saja menemani mereka. Di sini pun, kalau kita giat juga pasti bisa dapat rezeki,”ujar Ocha mantap.
Sebelumnya, Ocha juga pernah mencoba melamar beberapa pekerjaan tetapi belum ada yang sesuai dengan keinginannya. Namun, Ocha yakin kesuksesan bisa datang dari mana saja dan setiap orang memiliki ukuran kesuksesan yang berbeda-beda. “Memang sih, kesempatan kerja lebih banyak kalau mau merantau, pasti dapat kerja. Tapi kalau kita enggak mau ke sana, kita masih punya kesempatan buat sukses juga di sini,” lanjut Ocha.
Siap dan tahan banting
Pengalaman berada dalam kultur yang berbeda akan menjadi pengalaman yang luar biasa, terutama terkait kemampuan survive. “Kalau bisa survive di luar Jawa, berarti sudah teruji. Pasti juga bisa sukses di Jawa, bisa lebih matang karena sudah digodok dengan iklim kerja di luar Jawa,” terang Sri Muliati Abdullah, M.A., Senior Asesor Psikologi ECC UGM.
Pengalaman berada dalam kultur yang berbeda akan menjadi pengalaman yang luar biasa, terutama terkait kemampuan survive
Selain itu, menurut Lia, sapaan akrabnya, seseorang tentu membutuhkan pengalaman dalam bekerja. Dengan merantau ke luar Jawa, keterampilan dan pengetahuan dapat terakselerasi dengan cepat. Karir pun dapat lebih cepat naik.
Meski demikian, tingkat keberhasilan berkarir di luar Jawa sendiri tidak bisa ditentukan. Kesuksesan tidak selalu datang dari luar Jawa. Bila seseorang sudah mantap dengan tempat kerjanya di Jawa, berarti memang itulah yang terbaik untuk orang tersebut. Pengalaman baru pun tidak selamanya harus dialami sendiri. Kita juga bisa belajar dari pengalaman orang lain.
Bagi Anda yang bersiap menerima tawaran kerja di luar Jawa, bersiaplah menghadapi perbedaan budaya dan iklim kerja. Menurut Lia, sejumlah perusahaan di luar Jawa biasanya masih menerapkan senioritas. Dengan demikian, karyawan baru atau junior harus pandai memosisikan diri dan berkarya dengan tetap menghargai rekan kerja yang lebih senior. Kadang, sebagai karyawan yang berasal dari Jawa, Anda mungkin memiliki pengetahuan lebih daripada mereka yang bekerja di luar Jawa. Di sinilah pentingnya belajar menghargai.
Lalu, apa lagi yang harus disiapkan sebelum menerima tawaran kerja di luar Jawa? “Harus siap dengan kultur kerja yang biasanya terbangun dari budaya, mampu menghadapi hambatan adaptasi, tidak mudah putus asa, dan tahan banting,” pungkas Lia.
Mungkin saat ini Anda juga mendapat tawaran bekerja di luar Jawa? Pertimbangkan dengan mantap ya. Keputusan sepenuhnya ada di tangan Anda. Tentu dengan konsekuensi yang telah Anda siapkan. Selamat berjuang! [CN]
Penulis : Rifki Amelia
Editor : Vinia Rizqi
Grafis : Tongki A.W
Langganan:
Postingan (Atom)