25 Juni 2012

Perjalanan Hidup Itu Ibarat Sebuah Pendakian..

Perjuangan ibarat pendakian, ya….inilah yang saya sering pikirkan tiap kali melakukan pendakian di pegunungan. Seperti layaknya kehidupan jalur pertama saat pendakian yang kita lalui adalah kaki gunung dengan medan yang landai, belum dijumpai jalan setapak, udara segar harum tumbuhan menyegarkan. Namun apa yang terjadi semakin kita keatas, semakin kita jumpai lereng yang sedikit terjal, dan mulai memasuki jalur setapak yang dikanan-kirinya jurang curam, semak belukar yang menghalangi perjalanan. Semakin memasuki hutan halanganpun semakin banyak kita temui, relief pegunungan yang kasar, udara yang lembab, dan sedikit gelap karena tumbuhan besar menghalangi masuknya sinar matahari sampai ke dasar hutan, terkadang ditengah-tengah jalan kita jumpai pohon besar tumbang yang menghalangi jalan. Diperlukan kekuatan, kesabaran, keberanian dan keikhlasan untuk melalui semua itu. Sedikit tersandung dan terjatuh di medan yang becek dan kasar itu biasa setiap perjalanan, dibutuhkan kerjasama tim dalam setiap pendakian, dilarang melakukan pendakian seorang diri!!! Luar biasa.. betapa tidak, berteman, berkelompok, tidak individual adalah harga mati untuk setiap kerja tim begitupun dengan pendakian Saat ini yang menjadi pertanyaan adalah, apakah para pendaki tersebut melewati semua rintangan dengan keluh kesah dan sikap menyerah ? menyerah untuk kembali ke kaki gunung, menyerah untuk tidak melanjutkan perjalanan ?? saya rasa jawabnya tidak! Para pendaki gunung selalu menikmati perjalanan yang penuh rintangan tersebut detik demi detiknya dan tak akan melewati tiap momentnya, sekalipun dalam kondisi yang menyulitkan. Sedikit tersandung itu biasa tapi lihat bagaimana para pendaki dengan sigap mereka dapat bangkit lagi. Para pendaki tetap melanjutkan perjalanan meski puncak gunung belum terlihat dengan jelas, bahkan tanda-tanda akan sampai puncak saja tak terlihat, yang ada hanya lereng curam yang terus menanjak dan belantara gelap !!! namun ada satu keyakinan yang begitu kuat dan membuat mereka menikmati perjalanan. Keyakinan bahwa di puncak sana banyak terdapat keindahan, ada sesuatu yang tak dapat terlukiskan ketika kita telah mencapai suatu tujuan, kepuasan yang tak ternilai oleh apapun… Kurang lebih seperti itulah makna perjuangan. Sesulit apapun perjalanan dan perjuangan hidup bukan untuk ditangisi dan berputus asa, tetapi untuk dinikmati dan diperjuangkan dengan memupuk rasa keberanian, kekuatan, kesabaran serta keikhlasan tentunya. Bukan banyaknya rintangan yang kita khawatirkan tetapi sikap kita yang lemah dan tak mampu menghadapi rintangan itulah yang mesti kita khawatirkan. Bahagia bukan hanya saat kita mencapai tujuan yang kita inginkan tapi rasa bahagia harusnya telah ada bahkan pada kondisi seberat apapun ketika kita sedang berjuang… Itu yang aku rasakan dari beberapa pendakianku selama ini… thanks God..

Penyebab Kematian Pendaki Gunung

Mendaki gunung merupakan kegiatan yang cukup banyak peminatnya sekarang. Kegiatan alam bebas ini memang menjanjikan kenikmatan. Kenikmatan yang bahkan sampai sekarang hanya mereka yang berhasil mendaki sampai ke puncak yang tahu. “Because it is up there..” ujar salah seorang pendaki terkenal Inggris untuk menggambarkan kenikmatan itu. Bagi pendaki gunung sejati, kenikmatan mencapai puncak gunung sangat sulit digambarkan dengan kata-kata. Yang jelas mendaki gunung adalah kegiatan yang menyenangkan dan relatif mudah dilakukan. Tidak seperti arung jeram, panjat tebing atau menyelam, dimana diperlukan keahlian khusus. Kegatan ini juga menjanjikan kesenanganan karena dapat meyaksikan keindahan dan keagungan alam pegunungan. Namun hati-hati, dibalik keindahannya, gunung juga menyimpan bahaya bagi para pendaki. Sejak 1492 saat pendakian gunung pertama kali dilakukan manusia hingga sekarang, sudah ratusan bahkan mungkin ribuan orang tewas di atas gunung. Banyak faktor yang membuat mereka gagal lalu tewas baik ketika sedang mendaki atau menuruni gunung. Faktor-faktor apa saja yang biasanya menjadi penyebab? 1. Fisik Dan Mental Ketidaksiapan fisik dan mental menjadi faktor yang cukup tinggi sebagai penyebab kematian para pendaki gunung. Fisik dan mental yang lemah jelas-jelas menjadi mangsa empuk alam gunung yang liar. Apalagi jika mendaki gunung yang ketinggiannya lebih dari 4000 meter dimana oksigen begitu tipisnya. Meski sekarang ada alat bantu oksigen tetapi jika fisik lemah, alat bantu itu hampir seperti tak ada artinya. Mental pun demikian. Orang-orang yang mendaki gunung diharuskan memiliki mental pantang menyerah, bersikap tenang dan tidak mudah panik. Ingat, alam liar pegunungan tidak pernah menoleransi kekurangan-kekurangan itu. Maka persiapkan fisik dan mental Anda sebaik mungkin. 2. Kurang Pengetahuan Pengetahuan tentang gunung yang akan didaki adalah mutlak. Banyak pendaki remaja atau pemula yang tewas di gunung karena minimnya pengetahuan. Pengetahuan ini meliputi banyak hal, seperti pengetahun tentang tinggi gunung, karakteristik cuaca, pengetahuan tentang flora dan fauna yang biasa hidup di pegunungan, pengetahuan tentang tempat-tempat berbahaya di atas gunung hingga pengetahuan tentang tindak penyelamatan 3. Cuaca Buruk Cuaca diatas pegunungan sangat sulit ditebak, bahkan terkadang meski saat itu musim kemarau bisa saja di atas gunung turun hujan lebat. Cuaca buruk memang tidak menjadi penyebab langsung kematian, tetapi efek yang ditimbulkannya kerap menjadi penghalang pendakian. Seperti jalan menjadi becek dan licin atau udara begitu menjadi begitu dingin. 4. Tersesat Banyak juga pendaki gunung yang mengalami tersesat. Ini bisa saja terjadi karena mungkin mereka terpisah dari rombongan, mencoba jalur baru atau bahkan disebabkan oleh kesalahan sepele, tidak membawa kompas. Saat orang mengalami tersesat dimana biasanya mereka selalu berputar-putar ke tempat yang sama, mereka akan mengalami disorientasi, bingung, kalut tanpa persediaan makanan yang cukup. Saat itulah maut mengintip.

PIDATO ANAK 12 TH YANG MEMBUNGKAM PARA PEMIMPIN DUNIA DI PBB (Tentang Lingkungan Hidup)

Cerita ini berbicara mengenai seorang anak yg bernama Severn Suzuki, seorang anak yg pada usia 9 tahun telah mendirikan Enviromental Children’s Orgnization ( ECO ). ECO sendiri adalah sebuah kelompok kecil anak yg mendedikasikan diri untuk belajar dan mengajarkan pada anak-anak lain mengenai masalah lingkungan. Dan mereka pun diundang menghadiri Konfrensi Lingkungan hidup PBB, dimana pada saat itu Severn yg berusia 12 Tahun memberikan sebuah pidato kuat yg memberikan pengaruh besar ( dan membungkam ) beberapa pemimpin dunia terkemuka. Apa yg disampaikan oleh seorang anak kecil ber-usia 12 tahun hingga bisa membuat RUANG SIDANG PBB hening, lalu saat pidatonya selesai ruang sidang penuh dengan orang terkemuka yg berdiri dan memberikan tepuk tangan yg meriah kepada anak berusia 12 tahun. Inilah Isi pidato tersebut: (Sumber: The Collage Foundation) Halo, nama Saya Severn Suzuki, berbicara mewakili E.C.O – Enviromental Children Organization Kami adalah kelompok dari Kanada yg terdiri dari anak-anak berusia 12 dan 13 tahun, yang mencoba membuat perbedaan: Vanessa Suttie, Morga, Geister, Michelle Quiq dan saya sendiri. Kami menggalang dana untuk bisa datang kesini sejauh 6000 mil untuk memberitahukan pada anda sekalian orang dewasa bahwa anda harus mengubah cara anda, hari ini di sini juga. Saya tidak memiliki agenda tersembunyi. Saya menginginkan masa depan bagi diri saya saja. Kehilangan masa depan tidaklah sama seperti kalah dalam pemilihan umum atau rugi dalam pasar saham. Saya berada disini untuk berbicara bagi semua generasi yg akan datang. Saya berada disini mewakili anak-anak yg kelaparan di seluruh dunia yang tangisannya tidak lagi terdengar. Saya berada disini untuk berbicara bagi binatang-binatang yang sekarat yang tidak terhitung jumlahnya diseluruh planet ini karena kehilangan habitatnya. Kami tidak boleh tidak di dengar. Saya merasa takut untuk berada dibawah sinar matahari karena berlubangnya lapisan OZON. Saya merasa takut untuk bernafas karena saya tidak tahu ada bahan kimia apa yg dibawa oleh udara. Saya sering memancing di Vancouver bersama ayah saya hingga beberapa tahun yang lalu kami menemukan bahwa ikan-ikannya penuh dengan kanker. Dan sekarang kami mendengar bahwa binatang-binatang dan tumbuhan satu persatu mengalami kepunahan tiap harinya – hilang selamanya. Dalam hidup saya, saya memiliki mimpi untuk melihat kumpulan besar binatang-binatang liar, hutan rimba dan hutan tropis yang penuh dengan burung dan kupu-kupu. Tetapi sekarang saya tidak tahu apakah hal-hal tersebut bahkan masih ada untuk dilihat oleh anak saya nantinya. Apakah anda sekalian harus khawatir terhadap masalah-masalah kecil ini ketika anda sekalian masih berusia sama serperti saya sekarang? Semua ini terjadi di hadapan kita dan walaupun begitu kita masih tetap bersikap bagaikan kita masih memiliki banyak waktu dan semua pemecahannya. Saya hanyalah seorang anak kecil dan saya tidak memiliki semua pemecahannya. Tetapi saya ingin anda sekalian menyadari bahwa anda sekalian juga sama seperti saya! Anda tidak tahu bagaimana caranya memperbaiki lubang pada lapisan ozon kita. Anda tidak tahu bagaiman cara mengembalikan ikan-ikan salmon ke sungai asalnya. Anda tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan binatang-binatang yang telah punah. Dan anda tidak dapat mengembalikan hutan-hutan seperti sediakala di tempatnya, yang sekarang hanya berupa padang pasir. Jika anda tidak tahu bagaima cara memperbaikinya. TOLONG BERHENTI MERUSAKNYA! Disini anda adalah delegasi negara-negara anda. Pengusaha, anggota perhimpunan, wartawan atau politisi – tetapi sebenarnya anda adalah ayah dan ibu, saudara laki-laki dan saudara perempuan, paman dan bibi dan anda semua adalah anak dari seseorang. Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa kita semua adalah bagian dari sebuah keluarga besar, yang beranggotakan lebih dari 5 milyar, terdiri dari 30 juta rumpun dan kita semua berbagi udara, air dan tanah di planet yang sama – perbatasan dan pemerintahan tidak akan mengubah hal tersebut. Saya hanyalah seorang anak kecil namun begitu saya tahu bahwa kita semua menghadapi permasalahan yang sama dan kita seharusnya bersatu untuk tujuan yang sama. Walaupun marah, namun saya tidak buta, dan walaupun takut, saya tidak ragu untuk memberitahukan dunia apa yang saya rasakan. Di negara saya, kami sangat banyak melakukan penyia-nyiaan. Kami membeli sesuatu dan kemudian membuang nya, beli dan kemudian buang. Walaupun begitu tetap saja negara-negara di Utara tidak akan berbagi dengan mereka yang memerlukan. Bahkan ketika kita memiliki lebih dari cukup, kita merasa takut untuk kehilangan sebagian kekayaan kita, kita takut untuk berbagi. Di Kanada kami memiliki kehidupan yang nyaman, dengan sandang, pangan dan papan yang berkecukupan – kami memiliki jam tangan, sepeda, komputer dan perlengkapan televisi. Dua hari yang lalu di Brazil sini, kami terkejut ketika kami menghabiskan waktu dengan anak-anak yang hidup di jalanan. Dan salah satu anak tersebut memberitahukan kepada kami: ” Aku berharap aku kaya, dan jika aku kaya, aku akan memberikan anak-anak jalanan makanan, pakaian dan obat-obatan, tempat tinggal, cinta dan kasih sayang ” . Jika seorang anak yang berada dijalanan dan tidak memiliki apapun, bersedia untuk berbagi, mengapa kita yang memiliki segalanya masih begitu serakah? Saya tidak dapat berhenti memikirkan bahwa anak-anak tersebut berusia sama dengan saya, bahwa tempat kelahiran anda dapat membuat perbedaan yang begitu besar, bahwa saya bisa saja menjadi salah satu dari anak-anak yang hidup di Favellas di Rio; saya bisa saja menjadi anak yang kelaparan di Somalia ; seorang korban perang timur tengah atau pengemis di India . Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa jika semua uang yang dihabiskan untuk perang dipakai untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan menemukan jawaban terhadap permasalahan alam, betapa indah jadinya dunia ini. Di sekolah, bahkan di taman kanak-kanak, anda mengajarkan kami untuk berbuat baik. Anda mengajarkan pada kami untuk tidak berkelahi dengan orang lain, untuk mencari jalan keluar, membereskan kekacauan yang kita timbulkan; untuk tidak menyakiti makhluk hidup lain, untuk berbagi dan tidak tamak. Lalu mengapa anda kemudian melakukan hal yang anda ajarkan pada kami supaya tidak boleh dilakukan tersebut? Jangan lupakan mengapa anda menghadiri konperensi ini, mengapa anda melakukan hal ini – kami adalah anak-anak anda semua. Anda sekalianlah yang memutuskan, dunia seperti apa yang akan kami tinggali. Orang tua seharus nya dapat memberikan kenyamanan pada anak-anak mereka dengan mengatakan, ” Semuanya akan baik-baik saja , ‘kami melakukan yang terbaik yang dapat kami lakukan dan ini bukanlah akhir dari segalanya.” Tetapi saya tidak merasa bahwa anda dapat mengatakan hal tersebut kepada kami lagi. Apakah kami bahkan ada dalam daftar prioritas anda semua? Ayah saya selalu berkata, “Kamu akan selalu dikenang karena perbuatanmu, bukan oleh kata-katamu”. Jadi, apa yang anda lakukan membuat saya menangis pada malam hari. Kalian orang dewasa berkata bahwa kalian menyayangi kami. Saya menantang A N D A , cobalah untuk mewujudkan kata-kata tersebut. Sekian dan terima kasih atas perhatiannya. *********** Servern Cullis-Suzuki telah membungkam satu ruang sidang Konperensi PBB, membungkam seluruh orang-orang penting dari seluruh dunia hanya dengan pidatonya. Setelah pidatonya selesai serempak seluruh orang yang hadir diruang pidato tersebut berdiri dan memberikan tepuk tangan yang meriah kepada anak berusia 12 tahun itu. Dan setelah itu, ketua PBB mengatakan dalam pidatonya: ” Hari ini saya merasa sangatlah malu terhadap diri saya sendiri karena saya baru saja disadarkan betapa pentingnya linkungan dan isinya disekitar kita oleh anak yang hanya berusia 12 tahun, yang maju berdiri di mimbar ini tanpa selembarpun naskah untuk berpidato. Sedangkan saya maju membawa berlembar naskah yang telah dibuat oleh asisten saya kemarin. Saya … tidak kita semua dikalahkan oleh anak yang berusia 12 tahun “ …

04 Juni 2012

Pecinta Alam Dalam Renungan Pecinta alam???

Buatku, kamu dan mereka……………………. Apa yang bikin orang jadi seorang pecinta alam? Apakah karena dia telah menginjakkan kakinya dititik tertinggi di atas gunung atau karena dia punya cukup uang untuk memenuhi kabutuhannya untuk melakukan olahraga alam bebas? apakah karena dia punya keanggotaan dalam suatu organisasi yang berjudul PA? apakah karena dia lulus diksar?karena dia bisa menghapal semua materi survival,bivoack dan IMPK? atau karena dia punya kenalan WANADRI atau bahkan Edmund Hillary? Dari cukup lama aku mencari, aku punya sedikit pembuktian tentang kesimpulan yang bebunyi seperti ini: “Pecinta alam ada sifat dalam dirinya sedikit keberanian,sedikit kenekatan sedikit romantisme dan puitis ,sedikit rasa suka tantangan,sedikit kebiasaan dalam kesendirian sedikit nasionalisme, sedikit cara pandang yang “khas” dan cukup banyak kepedulian..” Apakah sebenarnya yang kita bicarakan ini? apa suatu julukan, suatu gelar, klasifikasi, idealisme,o rganisasi, atau malah gaya hidup? berapa orang yang punya keanggotaan dalam pecinta alam yang mengetahui jawaban dari pertanyaan ini? atau bahkan ga ada yang peduli?apa yang diajarkan dalam diklatsar di organisasi kita ternyata semua dan ditambah sedikit materi lagi diajarkan dalam Masa Orientasi di sekolah tempat saya belajar, lalu apa nilai dari pecinta alam kalau ternyata materi itu bersifat umum. kemarin akua bertemu sekumpulan anak Punk yang ternyata punya jadwal terprogram untuk melakukan pendakian, saya juga bertemu orang yang saat ngobrol , dia mengatakan bahwa dia mantan anggota pecinta alam di daerahnya.. apakah pecinta alam bisa pensiun / dipecat / mengundurkan diri sebagai pecinta alam? Apakah lalu dia bisa mendaftar atau menjabat jadi seorang perusak alam daripada menganggur? Yang ada di diklatsar kita apakah membentuk seorang pecinta alam atau penerus estafet dewan kepemimpinan ? atau malah pendidikan calon ketua Osis? Mana yang tujuan mana yang ekses mana yang proses? Kapan lagi aku bisa ketemu angkatan yang “gila” yang bikin saya yang dulu pengen jadi PA? yang ngobrol santai sambil gitaran di samping api unggun dan tenda? Yang punya nilai kebebasan dan kemandirian? yang ga pernah takut liat gunung, hujan, panas,dan jurang? Yang demo dan ngamuk ngamuk ga jelas kalo ada hutan yang gundul? Yang lebih peduli sama perasaan saudaranya ketimbang kesenangan pribadi? yang badannya penuh tanah nggendong carrier sambil ngobrol akrab dengan penduduk setempat habis sweeping jalur mata air ke desa? yang tergeletak ditanah mandi keringat sehabis nanam bibit pohon di lahan kritis? Yang ada cuma si brengsek yang tidur dalam tenda WILDERNESS hangat dengan sleeping bag EIGER setelah pukul 9 malam karena dia udah ngerasa kedinginan, yang makin banyak Cuma bajingan yang rebutan tempat tidur sama temannya yang brengsek tadi , juga ada si bangsat yang buang air di samping kali karena males bikin lobang dan kemudian dia maki- maki temen-temannya dalam hati karena pembagian makanannya gak adil , jangan lupa sama si pecundang berstyle adventure dan pengecut sok PA yang lagi diluar tenda ngomongin kejelekan ketiga teman bodohnya yang lagi rebutan matras theNORTH FACE buat tidur di tenda dan sebenarnya ga Cuma mereka tim saat itu masih ada 3 orang hebat di samping api unggun yang menikmati indahnya bintang sambil ngomongin pacar baru mereka dan gosip artis terbaru serta baru direleasnya game terbaru minggu kemaren tapi bagaimanapun juga mereka anak baik karena ga merokok mereka ga ngerokok karena takut ketahuan mama, sama seperti takutnya mereka untuk nyoba tempat camp yang selain mereka pake sekarang, mereka itu anak baik karena penurut dia nurut aja pada semua perintah yang dateng ke mereka dan pengertian yang di berikan orang ke mereka karena mereka percaya pada semua orang dan sifat yang baik seperti itulah yang menjadikan mereka nantinya akan menjadi orang yang hidup tenang saat tua saat hutan digundulin perusahaan asing karena pemerintah bilang itu untuk rakyat. saat permukaan tanah turun akibat air tanah dikuras dan resapan air ga ada karena katanya untuk pembangunan pemukiman demi kesejahteraan masyarakat mereka akan terus hidup tenang hingga mati karena memang pintu pikiran mereka sudah mati sejak dulu. Mati dari kebebasan berpikir. Mati dari pertanyaan karena mereka hanya bisa menjadi penurut, karena mereka anak baik Mereka mati dari pertanyaan tentang makna hidup karena terbuai rutinitas,Mati dari idealisme dan mati karena mereka hanya hidup untuk menunggu mati. Bukankah begitu yang disebut baik? Kalo bukan begitu lalu buat apa? Apa tindakan mereka salah ? Ada yang bilang ini-itu,banyak yang berteori, banyak yang berusaha, banyak yang terjadi tapi ga ada yang berubah di samping itu semua mana yang benar? Mana yang salah atau paling tidak mana yang mungkin bisa kita wujudkan jadi kenyataan tak peduli salah atau benar. Untuk lebih membedakan antara style adventure, pecinta olah raga alam bebas, orang ga berpendirian dan PECINTA ALAM, coba kita renungkan apakah arti dari pecinta alam? Buatku, kamu dan mereka…………………………… Untuk saudara dan calon saudaraku.. Kamu adalah apa yang isi kepalamu pikirkan dan apa yang kamu renungkan.. Untuk Organisasiku yang memberiku banyak pelajaran Untuk seniorku yang membimbingku langsung dan tak langsung kita bangun suasana seperti dulu saat kalian ada disini… Hijau bumiku.. Lestari Alamku.. Salam Kehidupan..

Siapakah Pecinta Alam Sebenarnya???

Siapakah Pecinta Alam Sebenarnya??? Alam dengan segala tantangannya, segala keindahannya, segala pesonanya, memberikan media bagi jiwa manusia untuk dekat dengan “Sang kebenaran mutlak”, hanya karena alam mempunyai aura tersendiri yang memancarkan kodrat illahi. Pesona yang terdapat di alam itu membuat sebahagian orang untuk mencoba lebih dekat dengan alam. Seperti yang di tulis oleh Kahlil Gibran dalam prahara “Aku mencari kesunyian karena di dalam kesunyian terdapat kehidupan jiwa dan pikiran, hati dan raga. Aku mencari hutan belantara karena disana aku menemukan cahaya matahari, harum kembang, gemercik sungai. Aku mencari pegunungan karena disana aku temukan kebangkitan musim semi, kerinduan musim panas, nyanyian musim gugur dan kekuatan musim dingin. Aku datang ke biara sunyi ini karena aku ingin mengetahui rahasia alam semesta dan mendekati singgasana Tuhan” (Kahlil Gibran, Bagi Sahabatku Yang Tertindas). Pecinta alam jika diartikan, berasal dari kata cinta dan alam. Cinta mengandung arti menyukai, menyayangi, dan mengagumi. Alam mengandung arti segala yang ada di sekitar, baik berupa benda mati ataupun benda hidup. Sehingga dari kata cinta menjadi pecinta yang menunjuk kepada subyek yaitu orang. Sampai saat ini belum ditemukan definisi yang jelas tentang pecinta alam. Sebab kata pecinta alam itu mengandung pengertian yang sangat luas. Hal ini selalu menjadi perdebatan yang hangat dalam setiap pertemuan tahunan secara nasional dalam Temu Wicara dan Kenal Medan ( TWKM) Mahasiswa Pecinta Alam Se-Indonesia atau pada Gladian Nasional Pecinta Alam Indonesia. Sehingga forum tersebut juga tidak bisa merumuskan pengertian dari istilah Pecinta Alam, sehingga definisi pecinta alam akhirnya dikembalikan kepada organisasi/kelompok masing-masing dalam menginterpretasikan istilah tersebut. Meskipun sampai sekarang belum ada yang bisa merumuskan istilah Pecinta Alam, namun jika dilihat dari kegiatannya dapat dibedakan dalam dua kelompok yakni : Kelompok pertama adalah mereka yang hanya menggeluti kegiatan alam bebas dengan misi untuk menyalurkan hobi dan minat berpetualang di alam bebas. Kegiatannya meliputi pendakian gunung, pemanjatan tebing, mengarungi jeram di sungai, mengeksplorasi keindahan bawah laut, menyusuri kedalaman dan kegelapan gua, dll. Kedua, kelompok yang selain melakukan kegiatan petualangan, juga melakukan kegiatan yang berorientasi pada penyelamatan lingkungan hidup, sehingga pada perkembangannya kegiatan kepencintaalaman menjadi semakin luas. Selain berpetualang mereka juga melakukan konservasi alam, pengamatan sosial-ekonomi-budaya masyarakat, hingga operasi SAR. Kelompok inilah yang paling banyak dilakukan oleh organisasi/kelompok mahasiswa pecinta alam. Banyak sudah korban dalam kegiatan menantang maut namun penuh cinta kasih ini, demikian juga dharma bakti mereka pada tanah tercinta ini dalam hal konservasi alam (meski tidak tercatat dalam buku sejarah). Namun apakah istilah pecinta alam itu hanya untuk mereka yang melakukan aktifitas berpetualang? Apakah pecinta alam itu hanya untuk mereka yang telah mengikuti program pendidikan dan latihan dasar dalam sebuah organisasi? Seorang ibu yang menyiram bunga di pagi dan sore hari, seorang yang menyapu jalan, seorang yang mendaur-ulang barang plastik, seorang yang menanam mangrove di pinggir pantai, bisakah mereka disebut pecinta alam? Bersatunya manusia dengan alam ini adalah sebuah simbiosis yang membuat manusia menemukan kebenaran sejati. Gua Hiro di bukit cahaya (Jabal Nur) merupakan saksi sejarah dimana seorang manusia diangkat menjadi manusia sempurna sementara masyarakat pada masa itu berada pada titik balik kodrat kemanusiaannya. Siapapun anda, cobalah untuk lebih dekat dengan Alam karena pada hakikatnya dapat menjadikan jiwa untuk lebih dekat kepada Sang Pencipta “Sang Pemilik kebenaran mutlak”.

02 Juni 2012

Apakah Seperti Ini Pecinta Alam Abad 21 ???

Seandainya pohon bisa memberontak dan bicara tentunya ia bakal menjerit ketika ditebang, seadainya satwa liar itu bisa bicara tentunya ia bakal menyelamatkan hidupnya, namun kita sebagai manusia punya mulut, hati, telinga, otak malah diam saja melihat, mendengar jeritan-jeritan alam yang rusak ditangan kerakusan spesies manusia seperti kita ini. Apakah kita bangga dengan kekuasaan kita sendiri sementara kita telah melakukan bunuh diri secara perlahan bersama-sama oleh perbuatan kita sendiri. Sebelum kita membahas pecinta alam dan kegiatannya mari kita pahami betul apa epistemologi dari “Pencinta Alam”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Cinta mempunyai empat makna, yakni, [1] ‘suka sekali’ ; ‘sayang benar’ ; [2] ‘kasih sekali’ ; terpikat’ ; terpikat ; [3] ‘ingin sekali’ ; berharap sekali ; ‘rindu’ ; dan [4] ‘susah hati ; risau’ (1993 -190). Yang artinya pencinta diberi makna ‘orang yang suka akan’ (h191). Selain itu kata alam yang diserap dari bahasa Arab, di Indonesia berkembang sehingga mempunyai tujuh makna. Ketujuh makna itu ialah [1] ‘segala ada yang dilangit dan dibumi’ ; [2] ‘lingkungan dan kehidupan’ ; [3] ‘segala sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan dan dianggap satu lingkungan dan dianggap sebagai satu keutuhan’ [4] ‘segala daya yang menyebabkan terjadinya dan seakan-akan mengatur segala sesuatu yang ada di dunia ini [5] ‘yang bukan buatan manusia’ ; [6] ‘dunia’ ; dan [7] ‘kerajaan ; daerah ; negeri ‘ (h.22). Kalau kedua kata tersebut digabung maka arti dari pencinta alam adalah ‘orang yang sangat suka akan alam’. Namun tidak disaat ini, pencinta alam yang sebenarnya hanya pantas ditunjukan pada masyarakat asli hutan, organisasi non pemerintah yang peduli terhadap lingkungan dan alam, individu yang peduli dengan lingkungan hidup lewat kemampuan yang dia bisa, seperti menanam pohon, membuang sampah tidak sembarangan, tidak memelihara satwa liar yang dilindungi UU, tidak menebang pohon ditaman nasional dan disekitar hutan lainnya, naik sepeda, menulis tentang lingkungan, membuat film tentang hutan dan kelestariannya, dan masih banyak lagi bentuk kepedulian terhadap lingkungan. Makna ‘orang yang suka akan alam’ berarti manusia yang peduli dengan alam dan menjaga kelestariannya. Dengan menjaga kelesatariannya berarti ia membela nasib hutan dan satwa liar yang sedang mengalami kepunahan bukan berpetualang menantang andrenallin naik gunung, memanjat tebing, atau membuka jalur untuk latihan atau dengan bangga bisa menaklukan alam. Sejarah memang harus dipelajari tentang pendirian pencinta alam yang motori almarhum Soe Hok Gie, Herman Lantang dan kawan-kawan. Di era 60-an memang terjadi pergolakan masa transisi kemerdekaan. Invansi politik praktis diluar kampus Universitas Indonesia lewat organisasi dan kesatuan aksi mahasiswa dari berbagai atribut dan ideologinya berusaha memasuki Universitas. Namun, Almarhum Soe dan rekan-rekannya tidak peduli dan menjadi kelompok yang tidak memihak dengan kemelut politik saat itu. Mereka lari ke gunung dan pergi ke tempat-tempat sepi terpencil. Kalau penulis menyimpulkan contemplasi ala raja-raja Jawa seperti pendeta-pendeta hinduisme. Mereka paham waktu itu posisi benar-benar terjepit. Kebersamaan dan pengalaman itulah lahir istilah pencinta alam, yaitu Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Prajnaparamita FSUI. Di Tahun 1971 nama Prajnaparamita dilepas diganti dengan Mapala UI. Alhasil bangsa yang euforia ini bermunculan organisasi pencinta alam baik dari kampus dan diluar kampus. Kegiatan mereka hanya berlarian ke gunung, ke goa, ke tebing hanya untuk menikmati alam. Jaman abad ini sudah berubah namun masih ada saja organisasi pencinta alam baik dari kampus dan masyarakat yang bergiat untuk naik gunung, ke goa, arung jeram, ke tebing atau pendidikan seperti gaya militer, menggampar seenaknya calon peserta dengan alasan biar berdisiplin seperti militer. Padahal pendidikan ala militer dewasa ini dengan kekerasan sudah mulai dikurangi. Pernah penulis mendengar cerita dari aktivis lingkungan dari negeri yang hutannya sudah hilang bahwa seandainya gunung itu dipenuhi sampah dan hutannya gundul, iklimnya panas, sungai dipenuhi limbah pabrik, tebing karst di bom dan batunya diambil untuk bahan lantai, meja, dan satwa liar yang eksotik punah seperti Harimau Jawa, Jalak Bali. Apakah organisasi pencinta alam baik itu dikampus maupun diluar kampus diam saja melihat itu semua.
Memang hutan Indonesia belum parah meski terlihat parah atau sungai-sungai masih belum tercemar hingga bisnis olah raga arus deras pun menjamur atau gunung masih ada tempat menarik meski jauh paling atas, goa-goa masih banyak yang bagus, tebing-tebing masih menjulang tinggi toh mereka hanya santai-santai saja atau tidak perduli sama sekali lebih mementingkan event-event kejuaraan atau pelatihan-pelatihan yang tidak ada hubungannya dengan makna dari pencinta alam. Sangat tragis benar. Apa ada yang salah dari Almarhum Soe Hok Gie dan kawan-kawan lamanya hingga penerusnya hanya mementingkan kepuasaan sesaat atau kode etik pencinta alam Se-Indonesia yang syahkan bersama dalam gladian ke-4 yang setiap kegiatan wajib dibacakan setiap kegiatan seperti maksud dari pesannya Pencinta Alam Indonesia adalah sebagai dari masyarakat Indonesia sadar akan tanggung jawab kami kepada Tuhan, Bangsa dan Tanah Air. Dengan kesadarannya mereka (Pencinta Alam) menyatakan pada poin 2 yang isinya memelihara alam beserta isinya menjadi ucapan atau janji tanpa makna (Lip Service). Namun hasilnya pun hutan tetap gundul, satwa liar makin lama makin punah, bencana lingkungan mulai bermunculan, bahkan pemanasan global yang dibicarakan setiap negara dan para aktifis lingkungan dari LSM dengan gencarnya mencari solusi. Sedangkan organisasi yang namanya Pencinta Alam belum menunjukan taringnya untuk peduli terhadap lingkungan. Bahkan hanya bisa dihitung oleh jari organisasi pencinta alam yang peduli terhadap lingkungan. Atau menurut saran respon dari pembaca tulisan Quo Vadis Pecinta Alam yang ditulis penulis mending diganti saja nama pencinta alam dengan nama jenis petualang. Biar tidak terjadi pembiasan makna dari kata Pencinta Alam. Alhasil, makin sepinya minat pemuda sekarang untuk masuk organisasi pencinta alam. Tradisi lama masih dipakai tidak ada formulasi-formulasi baru untuk merefleksikan kegiatan-kegiatannya. Atau organisasi pencinta alam dewasa ini telah bangga dengan “establishment” (kemapanan). Kebiasaan-kebiasaan lama yang harus ditinggalkan malah terus diulang-ulang saja seperti pendidikan dengan kekerasan atau perbedaan yang antara senior dan yunior, pendendaman akibat dari pendidikan yang keras, menebang pohon untuk simulasi SAR, atau pembukaan jalur. Meski kecil namun tetap saja kita memberikan pendidikan yang tidak baik terhadap masyarakat sekitar gunung atau hutan. Pernah penulis ditanya saat masuk organisasi mahasiswa pencinta alam waktu masih kuliah dulu oleh senior, apa tujuan anda masuk pencinta alam? Penulis menjawab ingin mengenal alam lebih dekat. Namun, ketika pendidikan tidak dikenalkan dengan alam malah disiksa di bentak meski tidak ada kekerasan fisik, membuka jalur hutan dengan parang seperti kesatria. Ironisnya, bencana-bencana alam tidak separah di jaman itu. Namun saat ini kita mendengar dan merasakan dampak dari penyakit lingkungan seperti pemanasan global, banjir, longsor, tsunami, belum lagi penyakit-penyakit aneh lainnya. Apa kita sebagai pencinta alam terus merenung naik gunung?Apa kita sebagai pencinta alam masih saja manjat memenuhi kepuasaan jiwa? Apa kita sebagai pencinta alam terus menelusuri goa?Apa kita sebagai pencinta alam terus pergi keriam berarung jeram melintasi sungai?Apa kita sebagai pencinta alam bangga dengan ucapan sebagai penikmat alam? Waktunya kita bergabung dan belajar dari organisasi-organisasi non pemerintah, masyarakat dengan kearifan tradisional sekitar hutan yang peduli terhadap lingkungan untuk melakukan sinergi bersama mencari solusi tentang kerusakan alam. Ini tugas semua pencinta alam Indonesia di abad 21 ini. Waktunya meninggalkan dunia petualang. Take Action Now.